Filsafat adalah suatu hasil olah
pikir manusia dengan menggunkan suatu metode. Metode dalam berfilsafat ini
adalah hermeneutika yaitu menterjemahkan dan diterjemahkan. Tanpa kita sadari
proses “menterjemahkan dan diterjemahkan” sudah kita lakukan semenjak kita
berada dalam kandungan ibunda sampai selesai batas kontrak hidup kita di dunia.
Proses hermeneutika itu juga selalu kita asah dari waktu ke waktu. Apalagi kita
bertemu dengan sesuatu yang baru bagi kita maka kita akan mengaktifkan pembelajaran
“menterjemahkan dan diterjemahkan”.
Orang yang sudah mengenal filsafat
maka dia akan mengetahui memang proses hidup ini tidak terlepas dari proses “menterjemahkan
dan diterjemahkan”, sehingga mereka selalu memberikan ruang dan waktu untuk
memproses maksud dari peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Tapi tidak semua
orang faham bahwa perlu proses “menterjemahkan dan diterjemahkan”, sehingga
yang sering terjadi langsung penilaian negatif terhadap sesuatu tersebut.
Pemberian ruang dan waktu dalam
proses “menterjemahkan dan diterjemahkan” ini bertujuan agar rangkaian penterjemahan
kita tidak membuat kita semakin “tidak bisa” memposisikan sebagai seorang hamba
Allah, namun sebaliknya harapannya adalah untuk semakin mengokohkan iman dan
taqwa kita kepada Allah dan semakin bisa memaknai hidup lebih baik dan
bijaksana lagi. Oleh karena itu diperlukan adanya iman dan taqwa yang kuat agar
tidak semakin menjauhkan kita sebagai seorang hamba Allah beriman, dan agar
tidak salah dalam pentejemahan setiap olah pikir seseorang.
Hermeneutika adalah proses yang tidak lepas dari kehidupan
kita sehari-hari.
1. Bagaimana sikap kita ketika ada
seseorang melakukan hermeneutika terhadap kitab suci (Al Quran) yang hanya
berdasar pada pemikiran pribadinya? padahal jika terjadi salah penafsiran akan
berakibat fatal?
2. Bagimana cara mengasah kemampuan
hermeneutika agar semakin bijak dalam melakukan penterjemahan setiap peristiwa
di sekitar kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar