Minggu, 09 September 2012

FILSAFAT, BIJAKKAH


Filsafat, istilah yang tidak asing didengar bagi yang baru mempelajarinya, tapi asing ketika kita mempelajari ilmunya. Karena filsafat adalah sesuatu yang abstrak, hasil olah pikir seseorang atau cara pandang seseorang dalam memandang sesuatu. Ketika kita memperbanyak membaca tulisan-tulisan filsafat maka keasingan itu akan perlahan menjadi sesuatu yang tak asing bagi kita.
Dalam filsafat, kita bisa membicarakan tentang berbagai bidang termasuk spiritual. Namun ketika kita berfilsafat dalam bidang spiritual, kita harus menetapkan hati kita untuk tetap menjaga ketaqwaan dan keimanan sesuai keyakinan kita masing-masing. Karena dalam filsafat spiritual, ketika berpikir tentang sesuatu atau mengungkapkan tentang apa yang ada dalam pikiran kita maka akan banyak untaian kata-kata untuk menggambarkannya. Bahkan sekeranjang kata-kata tak mampu untuk mengungkapkan suatu perasaan yang sedang kita rasakan. Karena itu tidak menutup kemungkinan dari keseluruhan serangkaian maksud dalam pengungkapan pikiran kita ada yang melampaui batas sehingga menggoyahkan keimanan kita.
Dalam filsafat, penuangan hasil pemikiran ke dalam suatu tulisan tidak semuanya bisa diterima oleh pemikiran orang yang yang membacanya. Suatu contoh bagi seseorang yang baru mengenal filsafat kemudian memulai belajar membaca tulisan filsafat orang lain tidak jarang akan terjadi pertentangan dengan pemahaman orang yang membacanya (saya misalnya). Pertentangan itu terjadi apakah karena pertanda adanya proses belajar? Ataukah tanda tidak adanya penerimaan hasil tulisan dengan pemahaman atau keyakinan pembaca?
Nah ketika kita mengambil kemungkinan yang kedua bahwa terjadinya pertentangan yaitu tanda tidak adanya penerimaan hasil tulisan dengan pemahaman atau keyakinan pembaca. Bisa dibenarkan tidak jika tulisan hasil pemikiran itu kita nilai kurang bijak? Dan kita mengatakan tulisan filsafat itu bijak ketika kita dapat menerima hasil pemikiran yang tetuang di dalamnya?
Seorang filsafat mengatakan ketika berfilsafat maka tetapkan hati untuk menjaga ketaqwaan dan keimanan kita, jangan sampai filsafat yang merupakan hasil pemikiran dapat mempengaruhi hati. Dan jangan lupa selalu memohon ampun kepada Tuhan karena adanya kemungkinan pemikiran yang melampaui batas status kita sebagai seorang hambaNya.
Jika ada tulisan filsafat yang bisa dinilai dengan kategori “bijak” atau “kurang bijak” atau bahkan “tidak bijak”, sudahkah kita mengungkapkan filsafat dengan bijak?  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar